August 2019 - Motivasi Sukses Mulia

Sejarah Lengkap Peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW

sejarah lengkap peristiwa isra' mi'raj nabi Muhammad SAW

Yuk ketahui sejarah lengkap peristiwa isra' mi'raj nabi Muhammad SAW. Peristiwa Isra Mi’raj diperingati oleh umat muslim setiap tanggal 27 Rajab untuk mengenang cerita perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW dari masjidil Haram ke Masjidil Aqsha hingga ke Sidratul Muntaha di langit ketujuh. Secara bahasa Isra berasal dari kata ‘Saro’ yang berarti ‘perjalanan di malam hari’. Secara istilah, Isra adalah perjalanan Rasulullah SAW dengan malaikat Jibril dari Mekkah ke Baitul Maqdis di Palestina berdasarkan firman dari Allah SWT yang berbunyi sebagai berikut:
“Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba Nya pada satu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha” (Al Isra’ ayat 1).

Sedangkan secara bahasa, Mi’raj adalah alat yang digunakan untuk naik. Jika digabungkan, Isra Mi’raj berarti tangga khusus untuk digunakan oleh Nabi Muhammad SAW untuk naik dari bumi ke atas dari langit pertama hingga langit ketujuh. Semua ini tercantum dalam firman Allah berupa surat An Najm ayat 1 – 18. Isra Mi’raj dilakukan Nabi Muhammad dalam waktu satu malam saja dengan mengendarai Buraaq, makhluk yang ditunggangi oleh Nabi Muhammad dan malaikat Jibril dengan kecepatan luar biasa. 

Buraaq adalah hewan putih yang panjang, berukuran lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari bighal. Sidratul Muntaha adalah tempat paling tinggi di langit yang menjadi batas antara pengetahuan dan amal para makhluk, dan tidak satupun makhluk yang mengetahui apa yang ada di belakangnya. Di dekatnya terletak surga Al Ma’wa yang menjadi tempat tinggal orang – orang mukmin yang bertakwa.

Kisah Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW

Sejarah peristiwa Isra Mi’raj Isra Mi’raj terjadi ketika Rasulullah SAW sedang berduka karena kematian istri tercintanya Khadijah pada bulan Ramadhan, tahun ke 10 kenabian beliau. Tidak lama setelah itu, Abu Thalib paman Rasulullah juga wafat. Walaupun tidak ikut masuk Islam, tetapi Abu Thalib adalah orang yang selalu membela Rasulullah terutama ketika orang – orang kafir Quraisy hendak menyakiti atau mencelakakan beliau. Sejak ditinggal kedua orang tercintanya itu, posisi Rasulullah semakin terjepit karena kaum kafir semakin berani mengintimidasi sehingga kegiatan dakwah di Mekkah pun semakin sulit dilakukan. Karena itu Rasul pergi ke Thaif untuk berdakwah, namun penduduk Thaif justru mengusirnya dan melempari batu hingga menyebabkan kaki beliau berdarah.

Perjalanan Isra Mi’raj merupakan cara Allah untuk memperlihatkan tanda – tanda kekuasaanNya kepada Nabi Muhammad yang sedang berduka tersebut. Seusai shalat Isya di Masjidil Haram kemudian beliau beristirahat dan didatangi malaikat Jibril. Dada Nabi Muhammad dibelah, hatinya dikeluarkan dan dicuci dengan air zamzam dan dikembalikan dengan dipenuhi iman serta hikmah (Riwayat Imam Bukhari dari Malik bin Sha’sha’ah). Kemudian didatangkan Buraaq untuk memulai Isra membawa Rasulullah ke Masjidil Aqsha, Rasulullah shalat dua rakaat dan mengimami ruh para Nabi. Usai shalat datang malaikat Jibril membawa dua jenis minuman yaitu khamr dan susu yang dipilih Rasulullah.

Perjalanan Mi’raj pun dimulai dengan mengendarai Buraq bersama Jibril sampai ke langit pertama. Perjalanan dalam sejarah peristiwa Isra Mi’raj tersebut membawa Nabi Muhammad bertemu dengan para Nabi lainnya, dimulai dengan Nabi Adam di langit pertama, Nabi Isa dan Nabi Yahya di langit kedua. Kemudian bertemu dengan Nabi Yusuf di langit ketiga, Nabi Idris di langit keempat dan Nabi Harun di langit kelima, Nabi Musa di langit keenam dan disambut oleh Nabi Ibrahim di langit ketujuh yang menemaninya hingga ke Sidratul Muntaha. 

Ketika berada disana, Nabi Muhammad mendapat perintah dari Allah untuk melakukan shalat 50 waktu dalam waktu sehari semalam. Nabi Musa yang mendengar hal tersebut kemudian menyarankan Nabi Muhammad untuk meminta keringanan dan kembali ke Sidratul Muntaha. Allah mengabulkan permintaan keringanan dari Nabi Muhammad menjadi 45 kali shalat dalam sehari. Nabi Musa yang merasa bahwa umat Nabi Muhammad masih tidak akan sanggup kembali menyarankan agar Nabi Muhammad meminta keringanan lagi.

Terhitung beberapa kali Nabi Muhammad harus kembali ke Sidratul Muntaha dan langit keenam untuk meminta keringanan hingga akhirnya Allah memerintahkan untuk mengerjakan shalat sebanyak lima kali sehari. Allah bersabda bahwa sesungguhnya kewajiban shalat itu adalah lima kali dalam sehari semalam. Setiap kali shalat mendapatkan pahala sebanyak 10 kali lipat, maka lima kali shalat adalah sama dengan 50 kali shalat. Juga untuk siapapun yang berniat melakukan satu kebaikan namun tidak dilaksanakan maka akan dihitung sebagai satu kebaikan.

 Sebaliknya jika seseorang berniat melakukan satu kejelekan tetapi dia tidak melakukannya maka kejelekan tersebut tidak dicatat sama sekali. jika ia melakukannya, barulah akan dicatat sebagai satu kejelekan. Perintah tersebut sebenarnya masih dirasa berat oleh Nabi Musa dan beliau kembali menyuruh meminta keringanan, namun Nabi Muhammad merasa malu untuk meminta keringanan kembali dan memutuskan menerima perintah Allah berupa shalat lima kali sehari semalam.

Hikmah Dari Kisah Isra Mi’raj

sejarah lengkap peristiwa isra' mi'raj nabi Muhammad SAW
Bagi umat Islam, sejarah peristiwa Isra Mi’raj memiliki arti yang besar sekali dan sangat berharga karena pada saat inilah turun perintah untuk wajib shalat lima waktu. Juga, tidak ada Nabi lain yang mendapatkan perjalanan hingga ke Sidratul Muntaha seperti Nabi Muhammad. Hikmah yang bisa didapatkan dari sejarah peristiwa Isra Mi’raj ada beberapa yaitu:
  • Menguatkan tingginya tempat Allah Ta’ala sebenar – benarnya sesuai dengan keagungan Allah yang berada di atas langit ketujuh, di atas arsy-Nya.
  • Sejarah peristiwa Isra Mi’raj adalah tasliyah atau hiburan dari Allah SWT kepada Nabi yang sedang mengalami tahun duka cita.
  • Pilihan Rasulullah untuk meminum susu menguatkan fakta bahwa Islam adalah agama fitrah dan suci.
  • Shalat yang dilakukan di Baitul Maqdis memperjelas kedudukan Rasulullah sebagai pemimpin para Nabi.
  • Masjid Al Aqsha yang saat itu dikuasai oleh Romawi mendapatkan perhatian lebih dari para sahabat, dan bisa dibebaskan pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab.
  • Abu Bakar adalah contoh keimanan yang sempurna, karena ia langsung mempercayai kabar Isra Mi’raj Rasulullah.
  • Rasulullah diperlihatkan bagaimana siksa yang menanti orang – orang yang berbuat dosa sehingga bisa menyampaikan apa yang dilihatnya kepada para pengikutnya.
Peristiwa Isra Mi’raj juga menjadi cara untuk memurnikan barisan dakwah Rasulullah yang akan memasuki tahap hijrah dan mendirikan negara Islam di Madinah. Sebab, orang – orang yang kurang beriman akan langsung ingkar ketika mendengar tentang Isra Mi’raj.

Peristiwa Isra Mi’raj sebagai perjalanan spiritual Nabi Muhammad tidak akan terpikir oleh logika atau nalar manusia biasa, tetapi wajib untuk diambil hikmahnya bagi para umat Islam. Hingga saat ini perayaan sejarah peristiwa Isra Mi’raj kerap dirayakan, padahal sebagian kalangan menganggapnya sebagai kegiatan yang dapat disebut bid’ah. Alasannya adalah karena malam terjadinya Isra Mi’raj tidak diketahui secara pasti waktunya. 

Hingga kini masih ada perselisihan antara para ulama dalam menentukan waktu tepatnya Isra Mi’raj, maka karena waktu tepatnya tidak diketahui, tentunya akan sedikit kurang masuk akal untuk merayakannya. Selain itu, perayaan Isra Mi’raj tidak memiliki landasan syariat yang disampaikan oleh Rasulullah kepada umatnya. Maka dengan beberapa alasan tersebut sudah cukup menjadi acuan bagi kita untuk tidak perlu merayakan hari Isra Mi’raj, namun kita dapat memperingatinya sebagai suatu perjalanan spiritual Nabi Muhammad yang memiliki banyak hikmah dalam ajaran Islam.

Sekian deh artikel terkait sejarah lengkap peristiwa isra' mi'raj nabi Muhammad SAW. Semoga bisa memberikan wawasan seputar peristiwa isra' mi'raj nabi Muhammad SAW dan menambah keimanan kita kepada beliau sebagai penutan umat islam.

Cerita Penyebab Serta Dampak Perang Badar Terhadap Umat Islam

cerita penyebab serta dampak perang badar terhadap umat islam

Pelajari cerita penyebab serta dampak perang badar terhadap umat islam. Salah satu perang besar yang dilakukan pada masa Nabi Muhammad SAW adalah Perang Badar. Perang Badar ini terjadi di Bulan Ramadhan dan merupakan pertempuran besar pertama antara umat Islam melawan musuh-musuhnya. Pada artikel ini akan dibahas mengenai penyebab Perang Badar dan dampaknya.

Perang Badar terjadi pada hari Jumat, 17 Ramadhan 2 Hijiriyah atau 13 Maret 624 Masehi. Pada Perang Badar, kaum Muslim yang berjumlah sebanyak 313 orang berperang menghadapi pasukan Quraisy dari Mekkah yang berjumlah 1.000 orang. Setelah berperang sekitar dua jam, pasukan Muslim pun menghancurkan barisan pertahanan pasukan Quraisy yang kemudian mundur dalam kekacauan.

Sebelum peperangan ini terjadi, kaum Muslim dan penduduk Mekah memang sudah terlibat dalam beberapa kali konflik bersenjata skala kecil antara akhir 623 hingga awal 624. Konflik-konflik bersenjata ini pun semakin menjadi. Namun, Perang Badar adalah perang skala besar pertama yang terjadi antara dua kubu tersebut.

Penyebab Perang Badar Bagi Umat Islam

Perang Badar dipicu oleh beberapa sebab, yakni sebagai berikut:
  1. Pengusiran dan perampasan harta benda kaum Muslim
Semenjak Nabi Muhammad SAW gencar berdakwah, kaum musyrik Mekkah mulai menabuh genderang perang terhadap Muslim. Mereka menghalalkan darah dan merebut paksa harta benda kaum muhajirin. Selain itu, hilangnya perlindungan dari Abu Thalib juga turut meningkatkan kekerasan terhadap kaum muslim di Mekkah. Saat paman Nabi Muhammad SAW masih hidup, yakni Abu Thalib, maka Rasulullah pun dilindungi oleh pamannya. Saat pamannya meninggal dunia sekitar tahun 619, maka kepemimpinan Bani Hasyim diteruskan kepada Amr bin Hisyam atau Abu Jahal. Abu Jahal adalah musuh Muhammad dan sangat membenci Islam.

Penindasan terhadap kaum muslim oleh kaum kafir Quraisy pun semakin meningkat. Kaum muslim pun memilih hijrah ke Madinah atas keridhoan Allah Swt pada tahun 622. Mereka meninggalkan harta bendanya untuk hijrah, sehingga harta benda tersebut menjadi sasaran perampasan kaum kafir Quraisy.

2. Penindasan umat Islam bahkan setelah berhijrah ke Madinah
Meskipun sudah hijrah ke Madinah, tetapi kaum kafir Quraisy tetap menekan kaum Muslim hingga ke Madinag. Kaum kafir Quraisy melakukan teror dengan menyerang dan menguasai harta benda kaum Muslim. Mereka khawatir apabila banyak hasil perdagangan yang akan berpindah kepada kaum Muslim.

3. Ghazawat
Setelah kaum Muslim hijrah, ketegangan antara kelompok masyrakat di Madinah dan Mekkah semakin menjadi-jadi. Pertikaian terjadi pada tahun 623 saat kaum Muslim memulai beberapa serangan (disebut ghazawat dalam bahasa Arab) pada rombongan dagang kaum Quraisy Mekkah. Madinah berada diantara rute utama perdagangan Mekkah. Kebanyakan kaum Muslim juga berasal dari kaum Quraisy juga. Mereka yakin akan haknya mengambil harta para pedang Quraisy Mekkah tersebut.

Kaum kafir Quraisy sebelumnya telah menjarah harta dan rumah kaum Muslim yang ditinggalkan di Mekkah (karena hijrah). Kaum Quraisy yang memeluk agama Islam pun menerima akibat yakni dikeluarkan dari sukunya.  Hal tersebut merupakan penghinaan yang amat serius dalam kebudayaan Arab yang sangat menjunjung tinggi kehormatan. Sementara itu, kaum kafir Quraisy Mekkah memiliki pandangan lain terhadap hal tersebut. Mereka memandang kaum Muslim sebagai penjahat dan ancaman terhadap lingkungan dan kewibawaan mereka.

Aksi ghazawat semakin sering terjadi pada akhir tahun 623 dan awal tahun 624. Nabi Muhammad SAW pun memimpin sendiri 200 orang kaum Muslim melakukan serangan yang gagal terhadap rombongan besar kafilah Mekkah pada bulan September 623. Kaum Quraisy pun melakukan serangan balasan ke Madinah. Meskipun tujuan utamanya hanyalah untuk mencuri ternak kaum Muslim. Badar berada diantara Laut Merah dan Madinah. Disana pun terdapat hamparan waduk besar dan beberapa sumur galian di tepiannya. Waduk tersebut dikeruk untuk menahan air dari sisa banjir yang berlangsung pada musim dingin.

Daerah ini akhirnya menjadi tempat persediaan air utama terutama saat kafilah-kafilah dari Mekkah menggunakan tempat ini sebagai tempat pemberhentian dalam perjalanan pulang dari Damaskus. Kaum muslim menyerang kafilah Mekah di dekat Nakhlah (hanya 40 kilometer di luar kota Mekkah) pada bulan Januari 624, sehingga membuat kaum kafir Quraisy sangat dendam kepada kaum muslim.

Seorang penjaga terbunuh dan akhirnya benar-benar membangkitan dendam di kalangan kaum Quraisy Mekkah. Selain itu, penyerangan juga dilakukan pada bulan Rajab, yakni bulan yang menurut kaum kafir Quraisy merupakan bulan suci. Pada bulan ini peperangan dilarang dan seharusnya dilakukan gencatan senjata. Hal-hal ini kemudian menjadi penyebab Perang Badar Kubra.

Pertempuran Pada Perang Badar

cerita penyebab serta dampak perang badar terhadap umat islam

Pertempuran Badar terjadi antara kaum Muslim dari Madinah dan kaum Quraisy dari Mekkah. Kaum Muslim Madinah dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW, Hamzah bin Abdul Muththalib, dan Ali bin Abi Thalib. Kaum Quraisy Mekkah dipimpin oleh Abu Jahal atau Amr bin Hisyam. Pertempuran diawali dengan majunya para pemimpin kedua kubu yang akan berperang tanding. Kaum Muslim mengirimkan Ali, Ubaidah bin Al-Harits, dan Hamzah. Para pemimpin Muslim pun berhasil menewaskan pemimpin-pemimpin Mekkah dalam pertarungan tiga lawan tiga. Meskipun Ubaidah mendapat luka parah yang menyebabkan ia wafat.

Kedua pasukan pun mulai melepaskan anak panah ke arah lawannya. Sebanyak dua orang muslim dan beberapa orang Quraisy yang tidak jelas jumlahnya tewas. Nabi Muhammad menginstruksikan agar kaum Muslim menyerang dengan senjata-senjata jarak jauh mereka dan bertarung melawan kaum Quraisy dengan senjata-senjata jarak pendek hanya setelah mereka mendekat.

Beberapa ayat-ayat dalam Al qur’an menyebutkan bahwa ribuan malaikat turun dari Surga dalam Perang Badar untuk membinasakan kaum kafir Quraisy. Sumber-sumber Muslim awal memahami kejadian ini secara harafiah dan terdapat juga beberapa hadits mengenai Muhammada yang membahas mengenai Malaikat Jibril dan peranannya di dalam pertempuran tersebut. Walau bagaimanapun, pasukan Mekkah yang kalah kekuatan dan tidak bersemangat dalam peperangan tercerai berai dan melarikan diri. Pertempuran hanya berlangsung beberapa jam dan selesai sedikit lewat tengah hari.

Berikut Dampak Dari Perang Badar

Meskipun jumlah pasukan Abu Jahal sangat besar yakni sekitar 1000 orang, tetapi pasukan kaum kafir Quraisy Mekkah tersebut mengalami kekalahan dari pasukan yang hanya berjumlah 313 orang. Kekalahan terjadi karena para klan dalam pasukan Abu Jahal terpecah belah, yakni bertempur dengan taktik dan motovasin sendiri-sendiri. Sementara itu, pasukan Muslim bertempur di medan peperangan dengan kemampuan yang terlatih dan berada dalam satu komando disiplin.

Pasukan kaum kafir Quraisy yang kalah pun melarikan diri dan meninggalkan Abu Jahal dan Umayya yang tewas di pertempuran. Sisanya kemudian dijadikan tawanan dan diperlakukan dengan baik atas perintah Nabi Muhammada. Seusai pertempuran, Nabi Muhammad kembali ke Madinah. Sebanyak tujuh puluh tawanan ditangkap dan dicatat telah diperlakukan secara manusiawi termasuk sejumlah pemimpin Quraisy.

Sebagian besar tahanan kemudian dibebaskan setelah membayar tebusan seharga 120 dinar. Mereka yang terpelajar dan tidak mampu membayar tebusan dibebaskan dengan syarat bahwa mereka mengajarkan sepuluh orang cara membaca dan menulis. Pengajaran yang diberikan dihitung sebagai tebusan mereka. Sebanyak empat belas Muslim tewas dalam pertempuran Perang Badar. Syuhada yang gugur dalam Perang Badar yakni sebagai berikut:

cerita penyebab serta dampak perang badar terhadap umat islam

  1. Sayyiduna ‘Umayr ibn Abi Waqas
  2. Sayyiduna Safwan ibn Wahb
  3. Sayyiduna Dhu-Shimalayn ibn ‘Abdi
  4. Sayyiduna Mihja’ ibn Salih
  5. Sayyiduna ‘Aqil bin al-Bukayr
  6. Sayyiduna ‘Ubaydah ibn al-Harith
  7. Sayyiduna Sa’ad ibn Khaythama
  8. Sayyiduna Mubashir ibn ‘Abd al-Mundhir
  9. Sayyiduna Harithah ibn Suraqah
  10. Sayyiduna Rafi’ ibn Mu’ala
  11. Sayyiduna ‘Umayr ibn Humam
  12. Sayyiduna Yazid ibn al-Harith
  13. Sayyiduna Mu’awidh ibn al-Harith
  14. Sayyiduna ‘Awf ibn al-Harith
Perang Badar pun kemudian berdampak pada munculnya dua orang tokoh yang akan menentukan arah masa depan Jazirah Arab pada abad selanjutnya. Tokoh pertama adalah Nabi Muhammad SAW. Sementara itu, tokoh kedua adalah Abu Sufyan. Nabi Muhammad SAW pun statusnya berubah dari seorang buangan dari Mekkah, menjadi salah seorang pemimpin utama. Kemenangan kaum Muslim di Perang Badar membuat Nabi Muhammad dapat memperkuat posisinya di Madidang. Beliau kemudian mengeluarkan Bani Qainuqa’ dari Madinah, yakni salah satu suku Yahudi yang sering mengancam kedudukan politiknya.

Pada saat yang sama di Madinah, Abdullah bin Ubay (Muslim pemimpin Bani Khazraj yang juga penentang Muhammad) menemukan kenyataan bahwa posisi politiknya benar-benar melemah di Madinah. Ia kemudian hanya mampu memberikan penentangan dengan pengaruh terbatas kepada Muhammad. Tokoh kedua yakni Abu Sufyan yang mendapatkan keberuntungan besar setelah kematian Amr bin Hisyam dan banyak bangsawan Quraisy lainnya. Abu Sufyan memanfaatkan peluang tersebut untuk menjadi pemimpin bagi kaum Quraisy. Saat pasukan Muhammada bergerak memasuki Mekkah enam tahun kemudian, Abu Sufyan menjadi tokoh yang membantu merundingkan penyerahan secara damai.

Sekian dulu ya cerita penyebab serta dampak perang badar terhadap umat islam. Semoga bisa memberikan wawasan terkait perkembangan agama islam yang mulai dengan perang badar. Agama islam terus berkembang dan terus menyebar luas sampai sekarang. 

Ketahui Penyebaran Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia

penyebaran sejarah masuknya islam ke Indonesia
 Ketahui lebih mendalam penyebaran sejarah masuknya islam ke Indonesia. Berbicara tentang sejarah, pada umumnya generasi-generasi muda kita ini masih kurang sadar akan sejarah dan sampai beranggapan bahwa sejarah itu tidaklah penting. Nyatanya, negara kita yang mayoritas beragama Islam tak bisa dilepaskan dari sejarah. Islam muncul di Indonesia tidak secara cuma-cuma, melainkan melalui proses yang cukup panjang.

Secara terminologis, sejarah diangkat dari bahasa Arab, syajaratun yang berarti pohon. Secara terminologis saja, kata ini sudah menggambarkan pendekatan ilmu sejarah yang lebih analogis; karena memberikan gambaran pertumbuhan peradaban manusia dengan “pohon”, yang tubuh dari biji kecil menjadi pohon yang besar, rindang, dan berkesinambungan. Oleh karena itu, untuk dapat menangkap pelajaran, maksud atau pesan-pesan sejarah di dalamnya, kita memerlukan kemampuan untuk menangkap pesan-pesan yang tersirat sebagai ibarat. 
Indonesia merupakan negara kesatuan dengan masyarakat yang mayoritas beragama Islam (muslim), dan merupakan negara dengan mayoritas terbesar ummat muslim di dunia. Berdasarkan data dari Sensus Penduduk pada tahun 2010 menunjukkan bahwa 87,18 % atau 207 juta jiwa dari total 238 juta jiwa penduduk Indonesia beragama Islam. Walaupun Islam adalah agama mayoritas, tetapi negara kita ini tidak berasaskan Islam.

Pada tulisan ini, saya akan membahas seputar sejarah bagaimana agama islam bisa masuk dan berkembang di Indonesia sampai saat ini.

Tiga Teori Masuknya Islam ke Indonesia

penyebaran sejarah masuknya islam ke Indonesia
Terdapat tiga teori tentang masuknya agama Islam ke Indonesia yakni Teori Gujarat, Teori Makkah, dan Teori Persia. Ketiga teori tersebut, saling mengemukakan perspektif kapan masuknya Islam, asal negara, penyebar atau pembawa Islam ke Indonesia.  
Ketiga teori ini pun sebenarnya tidak membicarakan masuknya agama Islam ke tiap pulau-pulau di Indonesia, melainkan hanya menganalisis masuknya agama Islam ke Sumatera dan Jawa, karena kedua wilayah ini merupakan sampel untuk wilayah Indonesia lainnya. Dengan kata lain, masuknya agama Islam ke pulau tersebut menentukan perkembangan Islam ke pulau lainnya. Berikut ini adalah ketiga teori tersebut:

Teori Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari Gujarat pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M. Gujarat ini terletak di India bagian barat, berdekatan dengan Laut Arab.  
Tokoh yang menyosialisasikan teori ini kebanyakan adalah sarjana dari Belanda. Sarjana pertama yang mengemukakan teori ini adalah J. Pijnapel dari Universitas Leiden pada abad ke-19. Menurutnya, orang-orang Arab bermazhab Syafei telah bermukim di Gujarat dan Malabar sejak awal Hijriyyah (abad ke7 Masehi), namun yang menyebarkan Islam ke Indonesia menurut Pijnapel bukanlah dari orang Arab langsung, melainkan pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam dan berdagang ke dunia timur, termasuk Indonesia.  
Dalam perkembangan selanjutnya, teori Pijnapel ini diamini dan disebarkan oleh seorang orientalis terkemuka Belanda, Snouck Hurgronje. Menurutnya, Islam telah lebih dulu berkembang di kota-kota pelabuhan Anak Benua India.

Orang-orang Gujarat telah lebih awal membuka hubungan dagang dengan Indonesia dibanding dengan pedagang Arab. Dalam pandangan Hurgronje, kedatangan orang Arab terjadi pada masa berikutnya. Orang-orang Arab yang datang ini kebanyakan adalah keturunan Nabi Muhammad yang menggunakan gelar “sayid” atau “syarif ” di depan namanya. 
Teori Gujarat kemudian juga dikembangkan oleh J.P. Moquetta (1912) yang memberikan argumentasi dengan batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang wafat pada tanggal 17 Dzulhijjah 831 H/1297 M di Pasai, Aceh. Menurutnya, batu nisan di Pasai dan makam Maulanan Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama dengan nisan yang terdapat di Kambay, Gujarat.  
Moquetta akhirnya berkesimpulan bahwa batu nisan tersebut diimpor dari Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh orang Gujarat atau orang Indonesia yang telah belajar kaligrafi khas Gujarat. Alasan lainnya adalah kesamaan mazhab Syafi’i yang di anut masyarakat muslim di Gujarat dan Indonesia.

Dalam perkembangannya, teori Gujarat dibantah oleh banyak ahli. Bukti-bukti yang lebih akurat seperti berita dari Arab, Persia, Turki, dan Indonesia memperkuat keterangan bahwa Islam masuk di Indonesia bukan dibawa pedagang Gujarat.  
Sejarawan Azyumardi Azra menjelaskan bahwa Gujarat dan kota-kota di anak benua India hanya tempat persinggahan bagi pedagang Arab sebelum melanjutkan perjalanan ke Asia Tenggara dan Asia Timur. Selain itu, pada abad XII-XIII Masehi wilayah Gujarat masih dikuasai pengaruh Hindu yang kuat. 
Dari berbagai argumen teori Gujarat yang dikemukakan oleh beberapa sejarawan, ahli antropologi, dan ahli ilmu politik, analisis mereka terlihat Hindu Sentris, karena beranggapan bahwa seluruh perubahan sosial, politik, ekonomi, budaya dan agama di Indonesia tidak mungkin terlepas dari pengaruh India. Teori Gujarat ini tentu terdapat kelemahannya, bila dibandingkan dengan Teori Makkah. Untuk mengetahui lebih lanjut, di bawah ini akan dibahas tentang pandangan Teori Makkah. 
2. Teori Makkah
Teori Makkah mengatakan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia adalah langsung dari Makkah atau Arab. Proses ini berlangsung pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M. Tokoh yang memperkenalkan teori ini adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau HAMKA, salah seorang ulama sekaligus sastrawan Indonesia.  
Hamka mengemukakan pendapatnya ini pada tahun 1958, saat orasi yang disampaikan pada dies natalis Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTIN) di Yogyakarta. Ia menolak seluruh anggapan para sarjana Barat yang mengemukakan bahwa Islam datang ke Indonesia tidak langsung dari Arab. Bahan argumentasi yang dijadikan bahan rujukan HAMKA adalah sumber lokal Indonesia dan sumber Arab. 
Menurutnya, motivasi awal kedatangan orang Arab tidak dilandasi oleh nilai nilai ekonomi, melainkan didorong oleh motivasi spirit penyebaran agama Islam. Dalam pandangan Hamka, jalur perdagangan antara Indonesia dengan Arab telah berlangsung jauh sebelum tarikh masehi.  
Dalam hal ini, teori HAMKA merupakan sanggahan terhadap Teori Gujarat yang banyak kelemahan. Ia malah curiga terhadap prasangka-prasangka penulis orientalis Barat yang cenderung memojokkan Islam di Indonesia.  
Penulis Barat, kata HAMKA, melakukan upaya yang sangat sistematik untuk menghilangkan keyakinan negeri-negeri Melayu tentang hubungan rohani yang mesra antara mereka dengan tanah Arab sebagai sumber utama Islam di Indonesia dalam menimba ilmu agama.  
Dalam pandangan HAMKA, orang-orang Islam di Indonesia mendapatkan Islam dari orang- orang pertama (orang Arab), bukan dari hanya sekadar perdagangan. Pandangan HAMKA ini hampir sama dengan Teori Sufi yang diungkapkan oleh A.H. Johns yang mengatakan bahwa para musafirlah (kaum pengembara) yang telah melakukan islamisasi awal di Indonesia. Kaum Sufi biasanya mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mendirikan kumpulan atau perguruan tarekat. 
Terdapat fakta menarik dalam hal pelayaran bangsa Arab yang ditulis oleh T.W. Arnold. Dinyatakan bahwa bangsa Arab sejak abad ke-2 sebelum Masehi telah menguasai perdagangan di Ceylon. Jika kita hubungkan dengan penjelasan kepustakaan Arab Kuno yang menyebutkan Al-Hind berarti India atau pulau-pulau sebelah timurnya sampai ke Cina, dan Indonesia pun disebut sebagai pulau-pulau Cina, besar kemungkinan pada abad ke-2 SM bangsa Arab telah sampai ke Indonesia.  
Hanya penyebutannya sebagai pulau-pulau Cina atau Al-Hind. Bila memang benar telah ada hubungan antara bangsa Arab dengan Indonesia sejak abad ke-2 SM, maka bangsa Arab merupakan bangsa asing pertama yang datang ke Nusantara. 
Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari daerah Persia atau Parsi (kini Iran). Pencetus dari teori ini adalah Hoesein Djajadiningrat, sejarawan asal Banten. Dalam memberikan argumentasinya, Hoesein lebih menitikberatkan analisisnya pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia. 

Kesamaan budaya ini dapat dilihat pada masyarakat Islam Indonesia antara lain:

penyebaran sejarah masuknya islam ke Indonesia
Peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai sebagai hari suci kaum Syiah atas kematian Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad, seperti yang berkembang dalam tradisi tabut di Pariaman di Sumatera Barat. Istilah “tabut” (keranda) diambil dari bahasa Arab yang ditranslasi melalui bahasa Parsi. 
Kedua, Tradisi lainnya adalah ajaran mistik yang banyak kesamaan, misalnya antara ajaran Syekh Siti Jenar dari Jawa Tengah dengan ajaran sufi Al-Hallaj dari Persia. Bukan kebetulan, keduanya mati dihukum oleh penguasa setempat karena ajaran-ajarannya dinilai bertentangan dengan ketauhidan Islam (murtad) dan membahayakan stabilitas politik dan sosial.  
Ketiga, penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja bahasa Arab, untuk tanda-tanda bunyi harakat dalam pengajian Al-Qur’an tingkat awal. Huruf Sin yang ridak bergigi berasal dari Persia, sedangkat Sin bergigi berasal dari Arab. 
Keempat, nisan pada makam Malikus Saleh (1297) dan makam Malik Ibrahim (1419) di Gresik dipesan dari Gujarat. Dalam hal ini, Teori Persia memiliki kesamaan mutlak dengan teori Gujarat. 
Kelima, Alasan lain yang dikemukakan Hoesein yang sejalan dengan teori Moquetta, yaitu ada kesamaan seni kaligrafi pahat pada batu-batu nisan yang dipakai di kuburan Islam awal di Indonesia. Kesamaan lain adalah bahwa umat Islam Indonesia menganut mazhab Syafei, sama seperti kebanyak muslim di Iran. 
Namun, teori ini sukar untuk diterima oleh K.H. Saifuddin Zuhri sebagai salah satu peserta seminar (1963). Alasan yang dikemukakannya adalah jika kita berpedoman kepada masuknya agama Islam ke Indonesia pada abad ke-7, hal ini berarti terjadi pada masa kekuasaan Khalifah Ummayah. Saat itu kepemimpinan Islam di bidang politik, ekonomi, dan kebudayaan berada di tangan bangsa Arab, sedangkan pusat pergerakan Islam berkisar di Makkah, Madinah, Damaskus, dan Baghdad, Jadi belum mungkin Persia menduduki kepemimpinan dunia Islam. 
Dari uraian di atas dapat kita lihat perbedaan dan persamaan ketiga teori Gujarat, Makkah, dan Persia sebagai berikut: 
Antara Teori Gujarat dan Persia terdapat kesamaan pandangan mengenai masuknya agama Islam ke Indonesia yang berasal dari Gujarat. Perbedaannya terletak pada teori Gujarat yang melihat ajaran agama Islam mempunyai kesamaan ajaran dengan Mistik di India, sedangkan teori Persia memandang adanya kesamaan ajaran sufi di Indonesia dengan di Persia. Gujarat dipandangnya sebagai daerah yang dipengaruhi oleh Persia, dan menjadi tempat singgah ajaran Syi’ah ke Indonesia. 
Dalam hal memandang Gujarat sebagai tempat singgah bukan pusat, sependapat dengan Teori Makkah. Tetapi teori Makkah memandang Gujarat sebagai tempat singgah perjalanan perdagangan laut antara Indonesia dengan Timur Tengah, sedangkan ajaran Islam diambilnya dari Makkah atau dari Mesir. 
Walaupun dari ketiga teori ini tidak dapat titik temu, namun mempunyai persamaan pandangan yakni Islam sebagai agama yang dikembangkan di Indonesia melalu jalan damai.

Perkembangan Masuknya Sejarah Agama Islam di Indonesia

perkembangan masuknya sejarah agaram islam di Indonesia

Ketahui perkembangan masuknya sejarah agaram islam di Indonesia. Islam sudah mulai diperkenalkan ke berbagai negara yang ada di dunia sejak dahulu kala baik itu ke afrika, timur tengah, asia dan eropa. Sejak zaman Nabi Muhammad SAW, agama Islam sudah disebarluaskan ke berbagai negara bahkan setelah wafatnya beliau pada 632 M, syi’ar agama Islam masih  terus dilakukan oleh para khalifah dan para pemimpin Dinasti Islam lainnya.

Islam pertama kali diperkenalkan di Indonesia saat Dinasti Umayyah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Indonesia yang terkenal akan rempah-rempahnya, ramai dikunjungi oleh para pedagang dari berbagai penjuru dunia. Para pedagang Muslim pun juga berdatangan ke Indonesia untuk berdagang dan sudah  berlangsung dari abad ke abad. Tidak hanya melakukan perdagangan saja, para pedagang muslim yang berasal dari Arab, Gujarat dan Persia itu pun juga mendakwahkan ajaran Islam kepada penduduk sekitar. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai sejarah masuk dan perkembangan di Indonesia.

Awal Masuknya Agama Islam di Indonesia

Islam masuk dan berkembang di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman dahulu. Perihal kapan dan siapakah yang membawa Islam masuk ke Indonesia sering menjadi pertanyaan dan perdebatan. Berbagai macam teori dikemukakan oleh para sejarawan yang tentunya didukung oleh fakta-fakta yang telah mereka kumpulkan.
Karena itulah beberapa sejarawan Islam terbagi-bagi dalam beberapa kelompok dimana mereka masing-masing mendukung teori yang mereka anggap lebih kuat. Seperti halnya yang dikemukakan oleh ahli sejarah, Ahmad Mansur Suryanegara, ia membagi perbedaan pendapat terkait awal masuknya Islam di Indonesia menjadi tiga teori, yaitu :

1. Teori Gujarat
Suryanegara (1996:75) mengemukakan bahwa dasar dari teori ini kemungkinan berdasar kepada Snouck Hurgronje yaitu di dalam bukunya “L’ Arabie et les Indes Neerlandaises, atau Revue de I’Historie des Religious.” Ada tiga alasan Snouk Hurgronje lebih menitikberatkan keyakinannya ke Gurajat yaitu :
  • Tidak banyak fakta yang menerangkan peranan bangsa Arab terkait penyebaran Islam ke Nusantara.
  • Sudah lama terjalin hubungan dagang antara Indonesia dan India.
  • Terdapat inskripsi tertua mengenai Islam di Sumatera sehingga memberikan gambaran hubungan antara Sumatera dan Gujarat.
Teori ini juga didukung oleh pendapat W.F.Stutterheim dalam bukunya “De Islam en Zijn Komst In de Archipel”. Ia menyatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara pada abad ke 13. Hal itu didasarkan pada batu nisan Sultan Malik As-Saleh, Sultan Pertama dari Kerajaan Samudera Pasai yang wafat pada 1297. Snouch Hurgronje juga mengatakan bahwa Islam masuk pada abad ke 13 M dari Gujarat.
Selain itu, alasan mengapa Islam masuk ke Indonesia dari Gujarat adalah Islam disebarkan melalui jalur perdagangan antara Indonesia – Cambay (Gujarat) – Timur Tengah – Eropa.

2. Teori Mekkah
Teori ini didukung oleh para sejarawan muslim seperti Prof.Hamka yang mengatakan bahwa Islam sudah datang ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah yakni kurang lebih sekitar abad ke 7 M sampai 8 M yang langsung dari Arab. Hal itu didukung dengan sudah adanya jalur pelayaran yang ramai dan bersifat Internasional jauh sebelum abad ke-13 M melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina ( Asia Timur), Bani Umayyah (Asia Barat) dan Sriwijaya (Asia Tenggara).

Selain itu, Hamka mengemukakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M berdasarkan berita Cina Dinasti Tang yang mengatakan bahwa ada daerah pemukiman pedagang Arab Islam di pantai Barat Sumatera.
Bukan hanya itu saja, J.C. Van Leur mengatakan dalam bukunya “Indonesia : Trade and Society” bahwa pada 674 M di pantai Barat Sumatera terdapat pemukiman Arab Islam dengan perkiraan bahwa bangsa Arab telah membangun pemukiman perdagangannya di Kanton pada abad ke-4 M. Sedangkan, teori yang menyatakan bahwa Islam masuk pada abad ke-13 M yang ditandai dengan berdirinya Kerajaan Samudera Pasai, dikatakan bukan sebagai awal masuknya Islam tapi merupakan perkembangan Islam di Nusantara.

3. Teori Persia
Suryanegara ( 1996 : 90 ) mengatakan bahwa pelopor teori Persia di Indonesia adalah P.A.Hoesein Djajaningrat. Hal itu didukung dengan adanya kebudayaan yang ada di kalangan masyarakat Islam di Indonesia dirasakan serupa dengan kebudayaan Persia sebagai contoh dalam hal arsitektur dan sebagainya.

Upaya Islamisasi di Negara Indonesia

perkembangan masuknya sejarah agaram islam di Indonesia
Islam datang ke Nusantara dan menyebarkan agama Islam ke berbagai kalangan masyarakat secara damai. Berikut ini beberapa cara yang dilakukan guna menyebarkan Islam ke Indonesia.
  • Perdagangan
Dikarenakan Indonesia berada di posisi yang strategis untuk jalur perdagangan dan juga merupakan penghasil rempah-rempah sudah pasti Indonesia banyak disinggahi para pedangan dari segala penjuru dunia termasuk pedagang Islam. Banyak dari pedagang Islam tersebut yang tinggal dan membangun pemukiman serta berdakwah.
  • Perkawinan
Banyak para pengusaha lokal yang menikahkan putri mereka dengan para pedangan Islam karena pada saat itu para pedagang Islam dianggap sebagai kalangan yang terpandang. Perkawinan akan berlangsung jika gadis tersebut memeluk agama Islam. Dengan begitu, semakin banyaklah keluarga muslim dan keturunan muslim yang berada di Indonesia.
  • Pendidikan
Para pedagang muslim juga membangun pondok pesantren sebagai sarana mendakwahkan Islam di Indonesia yang dipmpin langsung oleh para guru agama Islam dan para ulama. Para santri yang sudah lulus belajar di pondok pesantren akan mendakwahkan agama Islam seketika mereka kembali ke kampong halaman masing-masing.
  • Kesenian
Dakwah di Indonesia juga dilakukan dengan menggunakan kesenian dimana para pendakwah menggunakan media seni untuk memperkenalkan Islam ke penduduk pribumi. Sebagai contoh Sunan Kalijaga menggunakan wayang untuk berdakwah.
  • Tasawuf
Penyebaran agama Islam ke penduduk pribumi dilakukan dengan menyebarkan teosofi yang sudah bercampur dengan pemahaman masyarakat Indonesia karena pada umumnya para pendakwah tersebut paham mengenai hal – hal magis dan memiliki kekuatan untuk menyembuhkan. Sebagai contoh Syaikh Hamzah Fansuri , Syamsudin Sumatrani, Nuruddin ar Raniri, Abdul Rauf Singkel dari Aceh.

Perkembangan Masuknya Islam 

perkembangan masuknya sejarah agaram islam di Indonesia
Agama Islam yang masuk ke Indonesia tentunya mengubah kebudayaan yang ada di Indonesia. Kebudayaan lokal yang sudah ada di Indonesia sejak lama mulai bertransformasi dengan kebudayaan Islam. Agama Islam yang datang melalui jalur perdagangan tentunya membawa pengaruh besar kepada penduduk pribumi khususnya masyarakat melayu karena pada saat itu masyarakat melayu sering melakukan aktivitas perdagangan. Pada saat itu ajaran agama Islam mudah diterima di Indonesia karena disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah :
  1. Ajaran agama Islam sederhana, mudah dimengerti dan mudah diterima.
  2. Untuk memeluk agama Islam tidaklah sulit karena hanya mengucapkan dua kalimat syahadat yaitu “Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah “
  3. Upacara-upacara keagamaan Islam sederhana dan tidak menyulitkan.
  4. Islam disebarkan dengan damai.
  5. Agama Islam tidak mengenal kasta yang membeda-bedakan masyarakat berdasarkan golongan-golongannya. Islam mengajarkan persamaan hak dan kesetaraan.
  6. Runtuhnya Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sriwijaya menjadi penyebab kuat berkembang pesatnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
  7. Islam mengajarkan moral kepada penduduk pribumi.
  8. Para pendakwah pandai dalam hal pengobatan penyembuhan sehingga disenangi penduduk pribumi.
  9. Mengenalkan dan menyadarkan otoritas sakral dimana para pendakwah membuat teks-teks yang ditulis untuk dipahami dan dihafal.
  10. Islam mengajarkan bahwa untuk beribadah dapat dilakukan dimana saja selagi tempat itu suci dan tidak harus selalu menetap di daerah tertentu karena takut tidak dilindungi Tuhan.
  11. Kekusaan politik yang dimiliki pedagang muslim yang mayoritas adalah kalangan atas.
  12. Umat Islam dipandang tangguh dalam hal kemiliteran.
Tidak hanya sampai pada dakwah yang disebarkan oleh para pendatang muslim dan pedagang muslim saja tetapi seiring berjalannya waktu kerajaan-kerajaan Islam pun mulai berdiri dan mencapai masa-masa kejayaannya serta banyak didirikan mesjid dan musholla di berbagai tempat sebagai sarana ibadah. Kerajaan Islam pertama yang berdiri di Indonesia adalah Kerajaan Samudera Pasai dengan Sultan Malik As-Saleh sebagai sultan pertamanya.

Agama Islam yang berkembang di Indonesia juga menyebabkan pengaruh yang besar baik itu terkait arsitektur, bahasa, pendidikan, norma, hubungan sosial, budaya dan bidang lainnya. Sebagai contoh dari bidang arsitektur terdapat berbagai jenis bangunan seperti mesjid, kerajaan, benteng, kuburan, air mancur, bak pemandian, menara, surau, dan sebagainya, terlihat corak-corak keislaman dan timur tengah di masing-masing bangunan tersebut.

Di bidang bahasa, terlihat beberapa kosa kata Indonesia merupakan adaptasi dari bahasa arab seperti mesjid, kursi, ustadz, umat, kitab, dan sebagainya. Sedangkan di bidang pendidikan, kita dapat melihat banyaknya sekolah-sekolah keislaman seperti pondok pesantren, madrasah ibtidaiyah, madrasah tsanawiyah, madsarah aliyah, TPA & MDA serta perguruan tinggi Islam.

Sekian deh artikel seputar wawasan perkembangan masuknya sejarah agama islam di Indonesia, kerajaan islam di negara Indonesia cukup luas dan memiliki nilai moral yang tinggi di dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Sejarah Panjang Agama Islam di Indonesia Lengkap

sejarah panjang agama islam di Indonesia lengkap
 
Yuk ketahui sejarah panjang agama islam di Indonesia lengkap. Datangnya islam di Indonesia tidak seluruhnya bersamaan. Demikian juga dengan kerajaan dan daerah yang mempunyai situasi politik dan social budaya yang berlainan.

Adanya proses masuknya islam ke Indonesia memunculkan beberapa pendapat. Diantaranya para tokoh ada yang langsung mengetahui masuk dan tersebarnya budaya dan ajaran agama islam di Indonesia, ada pula yang melalui berbagai penelitian. Diantara tokoh-tokoh itu adalah Marcopolo, Muhammad Ghor, Ibnu Bathuthah, Dego Lopez de Sequeira, Sir Richard Wainsted.

Masuknya Islam di Indonesia Abad ke 7 masehi

Sejarah masuknya islam ke Indonesia dimulai pada abad ke 7 masehi, berdasarkan para pedagang arab yang berdatangan. Dikaitkan dengan argument bahwa sejarah masuknya islam di Indonesia terjadi saat kerajaan Sriwijaya tepat pada abad ke 7 masehi. Wilayah yang dijamah oleh pedagang arab untuk menyebarkan islam di Indonesia adalah pulau Sumatra bagian Samudra Pasai, yang dimulai dari selat malaka lalu pulau jawa.

Masuknya Islam di Indonesia Abad ke 11 masehi

Ahli sejarah lainnya mengatakan bahwa sejarah masuknya islam di Indonesia dimulai sejak abad 11 masehi. Didasarkan pada bukti adanya sebuah batu nisan Fatimah binti maimun di Gresik Jawa Timur. Batu ini berangka 1802 masehi.

Masuknya Islam di Indonesia Abad 13 masehi

Ada juga yang mengungkapkan  sejarah msuknya di Indonesia baru mulai pada abad ke 13 masehi. Bukti yang kuat menyatakan bahwa runtuhnya Dinasti Abbasiah di Bagdhad (1258), berita dari Marcopolo tahun 1292, batu nisan kubur Sultan Malik As-Saleh tahun 1297, dan berita Ibnu Batuta tahun 1345. Pendapat ini diperkuat dengan adanya ajaran tasawuf di Indonesia.

Sejarah Panjang Penyebaran Islam di Indonesia

Sejarah masuknya islam di Indonesia, dilandasi oleh peran para pedagang arab yang melakukan penyebaran agama islam di Indonesia. Awal masuknya agama islam di Indonesia pada abad ke 7 masehi, namun dimasa ini belum banyak yang menganut dikarenakan masih terpengaruh oleh kekuasaan Hindu-Budha di Indonesia.

Penyebaran agama islam terhitung lama karena dimulai pada abad ke 7 hingga ke 13 masehi. Selama masa tersebut, para pedagang makin intensif dalam menyebarkan islam. Penyebaran agama islam juga tidak lepas dari peran para pedagang Indonesia yang sudah memeluk agama islam serta para mubaligh.

Pengaruh islam makin kuat pada masyarakat yang tinggal di daerah pantai. Pada akhir abad ke 12 masehi. Kekuasaan eonomi dan politik kerajaan Sriwijaya mulai turun. Seiring merosotnya sriwijaya, pedagang islam makin giat dalam melakukan peran politiknya. Kemudian sekitar tahun 1285, mulai berdiri kerajaan yang bercorak islam yaitu Samudra Psai. Berdiri pula kerajaan baru yaituu kesultanan malaka.

Perkembangan agama islam juga tidak lepas dari runtuhnya kerajaan majapahit pada awal abad ke 15. Banak daerah yang akhirnya melepaskan diri dari majapahit. Kemudian pada tahun 1500 demak berdiri sebagai kerajaan islam pertama di pulau jawa.

Diluar jawa, perkembangan agama islam juga terlihat dari munculnya kesultanan ternate, kesultanan banjar hingga kesultanan gowa. Melalui kerajaan-kerajaa islam inilah, agama islam makin berkembang pesat dan tersebar hingga seluruh wilayah indoesia. Agama islam juga tidak hanya dianut oleh para penduduk wilayah panti, namun menyebar sampai daerah-daerah di pedalaman.

Sejarah Teori Masuknya Islam

sejarah panjang agama islam di Indonesia lengkap

Masukya agama islam pertama ke indoesia identic dengan masuknya orang islam ke Indonesia, yang semakin medekati nilai kebenaran sebuah sejarah. Hal ini di buktikan dengan adanya literature dan bukti tertulis di kitab arab tetag peta-peta pekayaran pedagang arab pada masa lalu, juga memperjelas kebenaran sejarah masuknya islam pertama ke Indonesia. Ada beberapa teori tentang islamisasi awal di Indonesia, yaitu :

Teori India

Teori ini dikemukakan oleh Pijnappel, Snouck Hurgrounje, Mouquette, dan Fatimi. Pada teori ini dijelaskan bahwa islam pertama kali datang di Indonesia berasal dari benua India sekitar abad ke 13.
Pijnappel berpendapat bahwa islamisasi di Indonesia dilakukan oleh orang Arab, tetapi bukan datang langsung dari Arab, melaikan dari India, terutama dari Gujarat dan Malabar.

Snouck Hurgronje menyatakan bahwa islam nusantara bukan berasal dari Arab, karena sedikitnya fakta yang menyebutkan peranan mengenai bangsa Arab dalam penyebaran agama islam di Indonesia. Ia berpendapat bahwa islam berasal dari India, karena sudah lama terjalin hubungan dagang antara Sumatra dan Gujarat. Snouck menyebutkan adanya tiga batu nisan dari abad ke 15 masehi. 
 
Ketiga batu nisan tersebut memiliki kesamaan dengan batu nisan Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang meninggal pada 1419 masehi. Moquette berpendabat ada persamaan gaya batu nisan yang ada di pasai, Sumatra Utara dengan di Cambay, Gujarat. Jadi ada hubungan antara Indonesia denga Gujarat pada periode tertentu.

Teori Arab

Teori ini dikemukakan oleh Sir Thomas Arnold, Crawfurd, Niemann, dan De Holader. Arnold berpendapat bahwa islam juga berasal dari Arab, dengan bukti adaya kesamaan madzhab antara di Coromandel dan Malabar dengan madzhab mayoritas masyarakat islam yaitu madzhab syafi'i. yang dibawa oleh pedagang yang menyebarkan islam di Indonesia antara india dengan Indonesia. Arnold juga berpendapat bahwa pedagang Arab membawa islam ke Indonesia sejak abad ke 7 masehi dan ke 8 masehi. Dan mereka melakukan perkawinan dengan penduduk setempat, sehingga muncullah komunitas muslim.

Crawfurd menyatkan bahwa islam dikenalkan langsung dari Arab.dan juga menegaskan bahwa hubugan melayu dan Indonesia dengan kaum muslim di pesisir timur india merupakan faktor penting. Niemann dan hollader menyatakan islam datang dari Handramaut karena adanya kesamaan madzhab.

Sejumlah para ahli setuju dengan pendapat ini, mereka memberi alasan bahwa madzhb syafi'I di Makkah mendapat pengeruh yang luas di Indonesia. Mereka juga berpendapat pada tahun ke 674 masehi telah terdapat perkampungan Arab islam di pantai Barat Sumatra.

Menurut Azyumardi Azra ada empat hal yang disampaikan histografi tradisional berkaitan dengan islamisasi Indonesia. Pertama, islamiasi berasal dari Arab. Kedua, islam dibawa oleh juru dakwah professional. Keiga, yang pertama kali masuk islam yaitu berasal dari kalangan penguasa. Keempat, sebagian besar juru dakwah datang ke Indonesia pada abad ke 12 dan abad 13 masehi. Tetapi baru abad ke 12 masehi dampai abad 16 masehi pengaruh islam di Indonesia tampak jelas dan kuat.

Teori Persia

Teori ini dikemukakan oleh P.A. Hoesein Djajadiningrat. Dalam teori ini dinyyatakan bahwa islam masuk ke idonesia pda abad ke 13 masehi di Sumatra yang berpusat di samudra pasai. Bukti yang dikemukakan antara lain : adanya peringatan 10 muharram atau asyura yang merupakan tradisi berkembang dlam masyarakat syiah untuk memperingati hari kematian Husain di Karbelaka, adanya persamaan ajaran hallaj yaitu tokoh sufi iran dengan ajaran Syeikh Siti Jenar, persamaan system mengeja huruf Arab bagi pengajian Al-Qur'an tingkat awal, adanya persamaan batu nisan yang ada di makam Malik Shalih dan pada makam Malik Ibrahim,

Teori Cina

Teori ini menyatakan bahwa islam datang di Indonesia bukan dari timur tengah, Arab maupun Gujarat atau india tetapi dari Cina. Pada abad ke 9 masehi adanya pengungsi cina ke jawa, kemudian pada abad ke 8 masehi sampek abad ke 11 masehi sudah ada pemukiman Arab muslim di Cina dan di Campa.

Cina memiliki peranan yang besar dalam perkembangan islam di Indonesia. Arsitektur Demak dan juga berdasarkan beberapa catatan sejarah beberapa sultan dan sunan yang berperan dalam penyebaran agama islam di Indonesia adalah keturunan Cina, misalya Raden Patah yang memiliki nama Cina Jin Bung. Nurcholis Majdid mengemukakan bukti bahwa islam tidak berasal dari Arab dengan adanya kata-kata dari bahasa arab yang tidak murni menurut lafal aslinya.

Proses islamisasi tidak memiliki awal yang pasti, juga tidak berakhir. Islamisasi merupakak proses berkesinambungan yang selain mempengaruhi msa kini, uga masa yang kan datang. Islam telah dipengaruhi oleh lingkungannya, tempat islam berpijak dan berkembang. Disamping itu islam menjadi tradisi tersendiri yang tertanam dalam konteks sosio, ekonomi dan politik.

Saluran Penyebaran Agama Islam di Indonesia

sejarah panjang agama islam di Indonesia lengkap
Datangnya islam di Indonesia dan penyebarannya dilakukan secara damai. Adapun saluran-saluran islam yang berkembang adalah :

Saluran Perdagangan

Secara umum perdagangan yang dilakukan pedagang muslim dapat digambarkan dengan : mula-mula mereka berdatangan di tempat-tempat pusat perdagangan yang kemudian diantaranya ada yang bertempat tinggal, baik untuk sementara maupun untuk menetap. Lambat laun tempat tinggal mereka berkembang menjadi perkampungan (pejokan). Merupakan saluran yang dipilih di awal.

Saluran Perkawinan

Saluran islam yang melalui perkawinan yaitu antara pedagang atau saudagar dengan wanita pribumi yang memiliki jalinan erat, jalinan baik ini kadang diterukan dengan perkawinan antara kaum putri pribumi dengan para pedagang islam yang kemudian wanita tersebut masuk islam. Melalui perkawinan inilah terlahir seorang muslim.
 
Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status social yang lebih baik dari pada kebanyakan pribumi, sehigga penduduk pribumi, terutama putri bangsawan tertarik untuk menjadi istri saudagar tersebut. Sebelum kawin, mereka di islamkan terlebih dahulu. Setelah mereka memiliki keturunan, lingkungan mereka semakin luas. Akhirnya timbul kampong-kampung, daerah-drah, dan krajaan-kerajaan muslim.

Saluran Pendidikan

Menyebarkan agama islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren yang merupakan tempat pengajaran agama islam bagi para santri. Untuk memperdalam ajaran-ajaran agama islam yang kemudian menyebarkannya di Indonesia.

Saluran Kesenian

Penyebaran islam menggunakan media-media kesenian seperti pertunjukan wayang, yang digemari oleh masyarakat. Melalui cerita-cerita wayang yang disisipkan ajaran agama islam. Seni gamelan juga mengundang masyarakat untuk melihat pertunjukan tersebut, yang selanjutnya diadakan dakwah agama islam.

Saluran Tasawuf

Tasawuf termasuk kategori yang berfungsi dalam membentuk kehidupan social bangsa Indonesia. Dalam hal ini ahli tasawuf hidup dalam kesederhanaan, dan selalu berusaha menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama ditengah-tengah masyarakatnya.
 
Jalur tasawuf, yaitu proses penyebaran islam yang dilakukan dengan cara menyesuaikan pola pikir masyarakat Indonesia yang masih berorientasi pada ajaran-ajaran agama Hindu-Budha di Indonesia dengan nilai-nilai islam yang mudah dimengerti dan diterima.

Saluran Dakwah

Yaitu proses penyebaran islam yang dilakukan dengan cara memberi penerangan tentang agama islam seperti yang dilakukan oleh para uama terutama peran wali songo.  

Bukti-Bukti Masuknya Islam di Indonesia

  • Surat raja Sriwijaya
  • Prof. Dr. Azyumardi Azra dalam bukunya 'jaringan ulama nusantara' menyebutkan bahwa islam masuk di Indonesia pada masa kerajaan Sriwijaya. Hal ini dibuktikan dengan adanya surat yang dikirim oleh raja Sriwijaya pada Umar bin Abdul Aziz yang berisi ucapan selamat atas terpilihnya Umar bin Abdul Aziz sebagai pemimpin dinasti Muawiyah.
  • Makam Fatiman binti Maimun
  • Berdasarkan penelitian sejarah telah ditemukan sebuah akam islam di Leran, Gresik. Pada batu nisan dari makam tersebut tertulis nama seorang wanita, yaitu Fatimah binti Maimun dan angka tahun 1082. Artinya, dapat dipastikan bahwa pada akhir abad ke 11 islam telah masuk di Indonesia. Dengan demikian, dapat diduga bahwa islam telah masuk dan berkembang di Indonesia sebelum tahun 1082.
  • Makam Sultan Malik As-SalehMakam sultan Malik As-Saaleh yang berangka tahun 1297 merupakan bukti bahwa islam telah masuk dan berkembang di daerah Aceh pada abad ke 12 masehi. Mengingat Malik As Saleh adalah seorang Sultan, maka dapat diperkirakan bahwa islam telah masuk ke daerah Aceh jauh sebelum Malik As Saleh mendirikan samudra pasai.
  • Cerita Marco Polo
  • Pada tahun 1092 Marco Polo, seorang musafir dariVenesia (italia) singgah di Perlak dan beberapa tempat di Aceh bagian Utara. Marco Polo sedang melakukan peralanan dari Venesia ke negeri Cina. Ia menceritakan bahwa pada abad ke 11, islam telah berkembang di Sumatra bagian utara. Ia juga menceritakan bahwa islam telah berkembang sangat pesat di jawa.

  • Cerita Ibnu Battutah
  • Pada tahun 1345, Ibnu Battutah mengnjungi amudra pasi. Ia menceritakan bahwa sultan samudra pasai sangat baik terhadap ulama dan rakyatnya. Disamping itu, ia menceritakan bahwa samudra pasai merupakan kesultanan dagang yang sangat maju. Disana Ibnu Battutahbertemu dengan para pedagang dari India, Cina, dan Jawa.
  • Penerimaan Islam Oleh Pribumi
Islam datang di Indonesia melalui perdagangan-perdagangan dengan damai, bukan melalui perang, kekerasan atau paksaan. Penerimaan islam melalui beberapa hal diantaranya :
 
  1. Melalui perdagangan oleh pra pedagang yang melakukan pelayaran.
  2. Dilakukan oleh para mubaligh datang bersama para pedagang, juga para sufi, mereka adalah sufi pengembara.
  3. Melalui perkawinan pedagang muslim, mubaligh denga anak bangsawan Indonesia.
  4. Para pedaganng yang sudah mapan, mereka mendirikan pusat pendidikan atau pusat penyebaran islam, kerajaan samudra pasai misalnya sebagai pusat dakwah.
  5. Melalui para sufi dengan kelompok terekatnya, menyebar ke Indonesia.Dengan demikian pada abad sekitar 13 masehi islam telah menyebar di Indonesia dan diterima oleh penduduk, bukan saja pada daerah pantai dan pesisir, akan tetapi sudah diperkirakan sampai ke pelosok-pelosok kampung.

Indonesia Masa Perkembangan Islam di Kerajaan-Kerajaan

sejarah panjang agama islam di Indonesia lengkap
Islam dimulai dari kehadiran iindividu-individu dari arab, atau penduduk asli yang telah memeluk islam. Dengan uaha mereka islam tersebar sedikit demi sedikit dan secara perlahan-lahan. Langkah penyebaran islam mulai dilakukan secara besar-besran ketika dakwah telah memiliki orang-orang khusus untuk menyebarkan dakwah. Setelah fase itu kerajaan-kerajan islam mulai terbentuk di kepulauan ini. Diantara kerajan-kerajaan tersebut yaitu ,

Kerajaan Malaka (803-917 H/1400-1511M)

Malaka dikenal sebagai pintu gerbang Nusantara. Letak geografis malaka sangat menguntungkan, yang menjadi jalan silang antara Asia Timur dan Asia Barat. Yang membuat Malaka menjadi kerajaan yang berpengaruh atas daerahnya.[6] Malaka menjalin hubungan baik dengan jawa, juga menjalin hubungan dengan pasai. Dengan kedatangan jawa dan pasai perdagangan di Malaka menjadi ramai.  Kesultanan Malaka merupakan pusat [erdagangan internasioal antara Barat dan Timur. 
 
Maka dengan didudukinyakesultanan Malaka oleh portugis tahun 1511, maka kerajaan di Nusantara menjadi tumbuh dan berkembang karena jalur Selat Malaka tidak digunakan lagi oleh pedagang muslim sebab telah diduduki oleh portugis. Degan demikian tidaklah akan dicapai kemajuan oleh kerajaan Malaka jika kerajaan itu tidak mempunyai peraturan-peraturan tertentu, yang memberi jaminan lumayan kepada keamanan perdagangan. Disamping aturan yang diterapkan juga system pemerintahannya sangat baik dan teratur.

Kerajaan Aceh (920-1322 H/1514-1904 M)

Pendiri kerajaan Aceh adalah Sultan Ibrahim (1514-1528), Aceh menerima islam dari pasai yang kini menjadi bagian wilayah Aceh dan pergantian agama diperkirakan terjadi mendekati pertengahan abad ke 14. Pada abad ke 16, Aceh mulai memeganng peranan penting dibagian utara pulau Sumatra. Pengaruh Aceh ini meluas dari Barus di sebelah utara higga sebelah selatan di daerah Indrapura.

Kerajaan Aceh yang letaknya di daerah yang sekarang dikenal dengan kebupaten Aceh Besar. Disini pula terletak ibu kotanya. Aceh mengalami kemajuan ketika sudagar-saudagar muslim yang sebelumnya datang di Malaka kemudian memindahkan perdagangannya ke Aceh, ketika Portugis menguasai Malaka tahun 1511. Ketika Malaka dikuasai portugis, maka daerah pengaruhnya yang terdapat di Sumatra mulai melepaskan diri dari Malaka. 
 
Hal ini sangat menguntungkan kerajaan Aceh yang mulai berkembang. Dibawah kekuasaan Ibrahim, kerajaan Aceh mulai melebarkan kekuasaannya ke daerah-daerah sekitar. Kejayaan krajaan Aceh ada puncaknya ketika diperintahkan oleh Iskandar Muda, ia mampu menyatukan kembali wilayah yang telah memisahkan diri dari Aceh kebawah kekuasaannya kembali.

Pada masanya, Aceh terus berkembang untuk masa beberapa tahun. Pengetahuan agama maju dengan pesat. Akan tetapi tatkala beberapa sultan perempuan menduduki singgasana tahun 1641-1699, beberapa wilayah taklukannya lepas dan kesultanan menjadi pecah belah. Pada abad ke 18 Aceh hanya sebagai kenangan masa silam dari bayangannya sendiri. Akhirnya kesultanan Aceh menjadi mundur.

Kerajaan Demak (918-960 H/ 1512-1552 M)

Di jawa, islam di sebarkan oleh para wali songo (wali Sembilan), mereka tidak hanya berkuasa dalam lapangan keagamaan, tetapi juga dalam hal pemerintahan dan politik, bahkan sering kali seorang raja baru akan sah menjadi raja apabila ia sudah diakui dan diberkahi wali songo.

Demak merupakan salah satu kerajaan bercorak islam yang berkembang di pantai utara pulau jawa, raja pertamanya adalah Raden Patah. Sebelum berkuasa penuh atas Demak, Demak masih menjadi daerah Majapahit. Baru Raden Patah berkuasa penuh setelah mengadakan pemberontakan yang dibantu oleh para ulama atas Majapahit. Dapat dikatakan bahwa pada abad ke 16, Demak telah menguasai seluruh Jawa.

Perkembangan dan kemajuan islam di pulau jawa ini bersamaan dengan melemahnya posisi raja Majapahit. Hal ini memberi peluang kepada raja-raja islam pesisir uuntuk membngun pusat-pusat kekuasaan yang independen. Dibawah bimbingan Sunan Kudus, meskipun bukan yang tertua dari wali songo. Demak akhirnya berhasil menggantikan Majapahit sebagai keratin pusat. Demak menempatkan pengaruhnya di pesisir utara Jawa Barat itu tidak dapat diisahkan dari tujuannya yang bersifat politis dan ekonomi. Politiknya adalah untuk memtahkan kerajaan pajajaran yang masih berkuasa di daerah pedalaman, dengan portugis di Malaka. 

Kerajaa Banten (960-1096 H/1552-1684 M)

Banten merupakan kerajaan islam yang mulai berkembang pada abad ke 16, setelah pedagag-pedagang India, Persia, mulai menghindari Malaka yang sejak tahun 1511 telah dikuasai Portugis. Dilihat dari geografisya, Banten, pelabuhan yang penting dan ekonominya mempunyai letak yang strategis dalam penguasa Selat Sunda.

Kerajaan islam di Banten yang semula kedudukannya di Banten Girang dipindahkan ke kota Surosowan, di Banten lama dekat pantai. Dilihat dari sudut ekonomi dan politik, pemindahan ini dimaksudkan untuk memudahkan hubunngan antara pesisir utara jawa dengan Sumatra, melalui selat sunda dan samudra Indonesia.  Situasi ini berkaitan dengan kondisi politik di Asia Tenggara masa itu setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis, para pedagang yang segan berhubungann dengan Portugis mengalihkan jalur pelayarannya melalui Selat Sunda.

Tentang keberadaan islam di Banten, Tom Pires menyebutkan, bahwa di daerah Cimanuk, kota pelabuhan dan batas kerajaan Sunda dengan Cirebon, banyak dijumpai orang islam. Ini berarti pada akhir abad ke 15 masehi di wilayah kerajaan Sunda Hindu sudah ada masyarakat yang beragama islam. Karena tertarik dengan budi pekerti dan ketinggian ilmuya, maka Bupati Banten menikahkan Syaraif Hidayatullah dengan adik perempuannya yang bernama Nhay Kawungaten. 
 
Dan dikaruniai dua anak yang diberi nama Ratu Winoan dan Hasanuddin. Karena panggilan uwaknya, tugas penyebara islam di Banten diserahkan pada Hasanuddin. Yang kemudian menikahi puteri Demak. Dan dianggap raja islam pertma di Banten.

Kerajaan Goa (Makassar) (1078 H/1667 M)

GoaTallo adalah kerajaan bercorak islam di semenanjug Sulawesi. Kerajaan ini menerima islam pada tahun 1605 M. Rajanya yang terkenal dengan nama umaparisi-Kallona yang yag berkuasa pada akhir abad ke 15 dan permulaan abad ke 16. Kerajaan Goa Tallo menjalin hubungan dengan Ternate yang menerima islam dari Gresik atau Giri. Ternate mengajak Goa Tallo untuk masuk islam, namun gagal. Islam baru berhasil masuk goa Tallo pada waktu datuk ri Bandang datang ke kerajan Goa Tallo.

Sultan Alauddin adalah raja pertama yang memeluk agama islam tahun 1605 masehi. Penyebaran islam yng dilakukan Goa Tallo berhasil, hal ini merupakan tradisi yang mengharuskan seorang raja untuk menyampaikan hal baik pada yang lain. Seperti Wulu, Wajo, Sopeg, dan Bone. Luwu terlebih dulu masuk islam, sedangkan Wajo dan Bone harus melalui peperangan dahulu. Raja Bone yang pertama masuk islam ialah yang dikenal sebagai Sultan Adam.
Kerajaan Maluku

Kerajaan Maluku terletak di daerah idonesia bagian timur. Kedatangan islam ke Indonesia bagian timur yaitu Maluku, tidak bisa dipisahkan dari jalan perdagangan yang terbentang antar Jawa dan Maluku. Menurut tradisi setempat, sejak abad ke 14 islam sudah datang di daerah Maluku. Masuknya islam di Maluku, di bawa oleh Maulana Hasayu. Hal ini terjadi pada masa pemerintahan Marhum di Ternate.

Raja pertama yang benar-benar muslim adalah Zayn Al-Abidin (1486-1500), ia sendiri mendapat ajaran agama tersebut dari  madrasah Giri. Zainal Abidin ketika di Jawa terkenal sebagai Raja Bulawa, artinya raja cengkeh, karena membawa cengkeh dari Maluku untuk persembahan. Tetang masuknya islam ke Maluku, Tome Pires mengatakann bahwa kapal-kapal dagang dari Gresik ialah milik Pate Cucuf. Raja ternate yang disebut Sultan sedang yang lainnya digelari raja.

Di Banda, Hitu, Maluku dan Bacan sudah terdapat masyarakat muslim. Siuasi politik ketika kedatangan islam di kepulauan Maluku tidak seperti di jawa. Disana orang-orang muslim tidak menghadapi kerajan-kerajaan yang sedang mengalami perpecahan karena usia islam masih muda di ternate.

Dalam proses masuknya islam di Maluku menghadapi persaingan politik dan moopoli peragangan di antara orag-orang portugis, spanyol, belanda, dan inggris. Persaingan diantara pedagang-pedgang ini pula menyebabkan persaingan diantara kerajaan-kerajaan islam sendiri sehingga pada akhirnya daerah Maluku jatuh ke bawah kekuasaan politik dan ekonomi Belanda.perebutan kekuasaan Negara, mereka datang dan mengembangkan islam dengan melalui pedagangan, dakwah dan melalui perkawinan.

DAFTAR PUSTAKA

Permana, Rahayu S.Ag, M.Hum. Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia. hlm.27
Am, Mirhan. proses Pembentukan Komunitas Muslim Indonesia. (Oktober 2014 hlm. 79-88)
Hasanah, Mardiana Nur. 2013. Teori Masuknya Islam di Indonesia.
Yusuk, Mundzirin, dkk. 2006. Sejarah Peradaban Islam di Indonesia.Yogyakarta : Pustaka.
 
Sekian dulu deh artikel terkait sejarah panjang agama islam di Indonesia lengkap ini. Semoga bisa berguna dan bermanfaat untuk mengetahui cerita agama islam di negara Indonesia disetiap kerajaan dan zamannya yang bercerita begitu jela dan memiliki nilai moral yang tinggi.
Notification
Ini adalah popup notifikasi.
Done