Mengenal sejarah dan fakta masuknya agama islam ke Indonesia |
Mengenal sejarah dan fakta masuknya agama islam ke Indonesia. Tidak hanya di ranah dunia, di Indonesia sendiri, umat Muslim
menempati posisi mayoritas di antara pemeluk agama lainnya. Bahkan data
sensus penduduk terbaru tahun 2010, yang tercatat di Wikipedia,
menunjukkan bahwa sekitar 87% masyarakatnya adalah pemeluk agama Islam.
Meski Islam menjadi mayoritas, Indonesia tetap dijalankan atas asas
demokrasi, bukan syariat Islam.
Masuknya agama Islam ke Nusantara
sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari tempat asal
kedatangannya, siapa yang membawa dan mengajarkan, serta masa kedatangan
ajaran Islam itu sendiri. Zaman masih duduk di bangku sekolah
dulu, salah satu teori penyebaran Islam paling populer adalah melalui
jalur perdagangan, betulkah itu?
Penyebaran Islam oleh Pedagang Gujarat
Nah,
inilah yang sering dikisahkan buku pelajaran zaman kita sekolah dulu.
Teori ini menyebutkan bahwa Islam datang ke Indonesia atas jasa para
pedagang Gujarat melalui jalur perdagangan pada abad ke-12 Masehi. Agama
Islam sendiri masuk ke Nusantara dibawa oleh para pedagang Muslim
melalui dua jalur utama, yakni jalur utara dan jalur selatan.
Dengan
pembagian jalur utara meliputi rute: Arab (Makkah dan Madinah) –
Damaskus – Baghdad – Gujarat (pantai barat India) lalu sampai pada
Nusantara. Dan jalur selatan dengan rute: Arab (Makkah dan Madinah) –
Yaman – Gujarat (pantai barat India) – Srilanka – Nusantara. Cara
penyebaran Islam di Nusantara seperti ini dilakukan dengan berbagai
cara, di antaranya adalah melalui perniagaan, sosial, dan pendidikan.
Penyebaran Islam lewat Perdagangan
Teori
penyebaran Islam di Nusantara yang pertama menyebutkan bahwa Islam
disebarkan lewat proses perniagaan alias perdagangan oleh para pedagang
Arab, Persia, dan India yang ikut serta dalam lalu lintas perdagangan
yang menghubungkan Asia Barat, Asia Timur, serta Asia Tenggara pada abad
ke-7 sampai abad ke-16.
Mereka akhirnya singgah di Nusantara
tidak hanya untuk berdagang, tetapi juga berdakwah dan menyebarkan
ajaran agama Islam dengan menunjukkan perangai yang baik, jujur, amanah. Hal
inilah yang membuat banyak penduduk lokal tertarik dan akhirnya memeluk
Islam sebagai keyakinannya yang diturunkan kepada anak cucunya hingga
sekarang.
Lewat Hubungan Sosial
Tidak hanya
berkepentingan dengan kegiatan perniagaan, para pedagang yang singgah ke
Nusantara ini juga turut aktif dalam kegiatan sosial di lingkungan
mereka tinggal.
Bahkan banyak juga dari mereka yang akhirnya
menikah dengan penduduk setempat. Lewat jalan tidak langsung seperti
inilah perlahan pemahaman tentang agama Islam diajarkan kepada
masyarakat.
Lewat Pendidikan dan Pengajaran
Selain
melalui perdagangan dan hangatnya cara para pedagang Gujarat
bersosialisasi, mereka juga menyebarkan ajaran Islam melalui pendidikan
dan pengajaran. Lewat cara ini, para pedagang Muslim berusaha mengedukasi masyarakat Nusantara akan keteduhan ajaran Islam.
Biasanya,
mereka menggunakan tempat-tempat terbuka seperti musala, rumah warga,
atau bahkan di bawah pohon rindang untuk sekadar berdiskusi mengenai
agama Islam dengan para penduduk lokal.
Teori Masuknya Islam di Indonesia
Meski demikian, ada banyak teori lain yang menyebutkan perihal masuknya Islam ke Indonesia, di antaranya adalah:
Teori Makkah
Teori
ini menyebutkan bahwa Islam masuk ke Nusantara langsung dari Makkah
pada abad pertama tahun Hijriah. Teori ini dikemukakan oleh Haji Abdul
Karim Amrullah atau biasa dikenal Hamka, sastrawan besar Indonesia yang
juga merupakan tokoh Muhammadiyah.
Menurutnya, motivasi awal
kedatangan orang Arab ini sama sekali tidak dilandasi oleh kepentingan
ekonomi, melainkan didorong oleh motivasi penyebaran agama Islam.
Teori Persia
Selain
teori Makkah, ada juga teori Persia yang menyatakan bahwa masuknya
Islam ke Indonesia merupakan hasil campur tangan dari bangsa Persia
(sekarang Iran).
Teori ini sendiri dicetuskan oleh seorang
sejarawan asal Banten bernama Hoesein Djajadiningrat. Hoesein sendiri
mengemukakan teori ini berdasar pada kesamaan budaya dan tradisi yang
berkembang di Persia dan Iran, seperti tradisi memeringati hari 10
Muharam (Hari Asyura) yang hingga kini masih terjaga baik di Indonesia.
Teori Cina
Selanjutnya,
ada teori lain yang menyebutkan bahwa Islam di Indonesia berkembang
berkat jasa para pedagang Cina. Bahkan sejumlah sumber tertulis jelas
menyatakan bahwa raja Islam pertama di Jawa, yakni Raden Patah dari
Bintoro Demak, merupakan keturunan Cina.
Tidak hanya itu,
banyaknya bangunan masjid berarsitektur Cina semakin menguatkan teori
bahwa agama Islam di Nusantara memang dibawa oleh penduduk Cina.
Menyikapi Keragaman Teori
Semua teori penyebaran di atas tentu saja memiliki kurang dan lebihnya masing-masing. Sebagai
contoh, jika kita percaya bahwa Islam dibawa masuk oleh para penduduk
Persia, maka bukan tidak mungkin membuat kita berpikir bahwa para
penyebar Islam pertama kali di Nusantara adalah orang-orang Syiah,
padahal mayoritas Muslim di Indonesia berpegang pada ajaran Ahlus Sunnah
wal Jama’ah.
Pun jika kita percaya bahwa Islam yang masuk di
Indonesia berasal dari Jazirah Arab pada abad ke-7 M, ini artinya
orang-orang di Nusantara sudah mengenal dakwah Islam sejak masa para
sahabat Nabi masih hidup.
Dengan kata lain, ketika para tabi’in
ramai-ramai menuntut ilmu agama pada para sahabat Nabi, beberapa orang
di Nusantara juga sudah mengenal Islam yang sama pada waktu itu.
Adanya
keberagaman teori tersebut tentu tidak lantas membuat kita boleh saling
menyalahkan dan mencari teori mana yang paling benar.
Apa pun
latar belakangnya, sudah sepatutnya kita bersyukur diberi anugerah bisa
merasakan ajaran Islam dengan segala kesejukannya. Semoga bermanfaat,
ya!